Entri Populer

Senin, 07 Februari 2011

Memahami Pemikiran Orang Kampung di Indonesia

Diposting oleh Annisa el Husna di 22.57
Pengamat di tipi-tipi kok gak ngerti2 ya! Coba deh posisikan diri elo-elo semua jadi orang desa, tinggal di kampung dan tiba2 ada orang masuk membawa ajaran/doktrin yg berbeda dari hal yang biasanya ditemui pada keseharaian mereka, pasti risihkan?? Kalo mereka sekolah tinggi bahkan keluar negeri kayak pengamat di tipi-tipi itu, punya kerjaan tetap, konsep kematangan diri soal agama, pluralisme, budaya, dan sebagainya itu KUAT, siapa juga yang mau anarkis. palingan jadinya" siapa loe, siapa gue, gue sibuk tau, gak penting deh ngurusin hal yang gak jelas gituan, biarin aja, toh setiap orang punya hak apapun tentang keyakinan mereka kok, asal gak ada aja yang dirugikan". Itu kira-kira isi hatinya.
Naah, yang bersikap kejam, anarkis, sadis, dan gak berprikemanusiaan biasanya warga yang tidak punya pendidikan tinggi, hampir tidak bekerja, konsep diri yang lemah karena pergaulan yang itu-itu aja (antar desa) ditambah lagi gak ada Tokoh yang merakul mereka. Palingan tokoh-tokoh itu sibuk ngasih pernyataan di tipi-tipi yang bisanya menjustifikasi, menyatakan ini salah, ini benar, ini melanggar HAM, pemerintah salah, gak ada penegakkan hukum. Mereka sendiri ya, gue tanya nih, pernah gak ke kampung?? Ngasih pengarahan tentang pluralisme, HAM, penegakkan hukum. Enggak kali. Masalahnya belum nemu ama gue contoh nyatanya di lapangan. Beraninya cuma lewat media, twitter, facebook, (bolehlaah), tapi tolong juga dunk, pahami isi hati orang-orang kecil ini dimana mereka tertindas kemiskinan, pengangguran dan miskin pengetahuan. Gap orang kaya ama orang miskin di Indonesia itu seperti bumi dan langit. Mereka boleh sekolah keluar negeri, belajar tentang Pluralisme, liberalisasi tapi Pengamat di tipi-tipi itu jangan menghakimi masyarakat yang anarkis itu dengan ASAL sembarangan. Solusi donk, jangan cuma mengkritisi aja dan menyalahkan pemerintah dan aparat aja. Setau aku, sebagai orang kampung, kalo masyarakat udah merasa terancam, terusik dan marah, mau berapa KOMPI pun polisi dikerahkan percuma. Ini Masyarakat men!! Jadi, inti dari curahan hati gue sebenarnya, kita sebagai orang berIlmu tolonglah berbagi ilmu itu dan di buktikan dengan realisasi nyata di lapangan. Banyak masyarakat Indonesia yang terbelakang wawasannya karena sentralisasi Orang kaya berpendidikan  dan orang miskin yang juga miskin ilmu. Mereka membentuk kelompoknya sendiri.
Orang kampung ini tidak siap menerima perbedaan terutama agama. Seperti kasus Ahmadiyah yang terjadi dan kasus penistaan agama lainnya, bagiku itu wajar karena sebab di atas (miskin). Ada rasa terganggu dan ancaman bagi mereka. Naah, harusnya yang minoritas ini juga mampu donk membawakan diri, JANGAN PAKSAKAN, akibatnya akan buruk kalo terus dipaksakan. Jika memang sudah ada PENOLAKAN, sebaiknya mundur dan carilah tempat yang bisa menerima perbedaan itu. Dengan itu kita bisa hidup rukun, kadang mengalah memang jalan yang terbaik daripada aksi darah-darahan..
Nah, bagi pengamat di tipi-tipi dan media udah deh dengan pemberitaan yang terkadang LEBAY dan terlalu diputar-putar. Apalagi dikait-kaitkan sana sini, pemecahannya saja yang perlu dicari bukan penyebabnya. Terkadang, kita juga harus mampu memposisikan diri kita seperti orang lain, agar bisa memahami jalan pikiran orang tersebut tanpa menganngap hanya kita lah yang benar.

1 komentar:

Ika Koentjoro on 17 Maret 2013 pukul 13.34 mengatakan...

Makasih Sharingnya Uni. Aku juga baru mengamati kehidupan di desa

 

Kumpulan Karya Tulis Annisa Nazar Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template and web hosting Graphic from Enakei